MBG Ruh Masa Depan Bangsa

- Wartawan

Rabu, 1 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hamid El-Zafa

Hamid El-Zafa

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah dibawah komando Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto sejatinya lahir dari niat, yaitu untuk memastikan anak-anak sekolah mendapatkan asupan gizi yang layak demi menunjang tumbuh kembang dan prestasi belajar.

Dalam konteks Indonesia, di mana angka stunting masih menjadi persoalan serius, MBG dapat dipandang sebagai langkah strategis yang visioner pemerintah di era moderen saat ini. Kehadiran MBG tetap memberi manfaat nyata bagi sebagian siswa, khususnya dari keluarga kurang mampu.

Saat ini jutaan sekolah merasakan azas manfaat program visioner Presiden Republik Indonesia, dengan suplemen menu yang menjanjikan. Bagi mereka, MBG bisa menjadi jaminan minimal untuk mendapat satu kali makan bergizi dalam sehari. Artinya, uang saku tidak lagi terkikis karena kebutuhan sekolah sudah ditopang dengan program terobosan

Dari sinilah saya memandang, Program Makan Bergizi Gratis bukan sekadar kebijakan teknis tentang makan siang di sekolah, MBG adalah ruh masa depan bangsa. Dari gizi yang cukup dan sehat, lahirlah generasi cerdas, kuat, serta mampu bersaing di kancah global. Sejarah bangsa mana pun mengakui, kalau masa depan ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, dan kualitas manusia berawal dari gizi.

Kita ktahui bersama, selama ini, tidak sedikit anak-anak Indonesia yang belajar dengan perut kosong, atau makan dengan menu seadanya tanpa kandungan gizi seimbang. Akibatnya, bukan hanya prestasi akademik yang terganggu, tetapi juga daya tahan tubuh dan perkembangan mental. MBG hadir sebagai jawaban, bahwa negara hadir menjamin hak dasar setiap anak: memperoleh makanan bergizi.

Menjadikan MBG sebagai ruh masa depan berarti menempatkannya bukan sekadar program jangka pendek, melainkan fondasi peradaban. Di dalamnya tersimpan harapan agar Indonesia keluar dari jerat stunting, gizi buruk, dan ketimpangan sosial. Bayangkan, setiap anak di pelosok negeri, dari kota hingga desa, duduk di bangku sekolah dengan kesempatan yang sama untuk tumbuh sehat dan belajar maksimal.

Tentu, jalan menuju keberhasilan tidak mudah. Tantangan pengawasan, distribusi, hingga kualitas makanan harus dijawab dengan tata kelola yang profesional dan transparan. Ruh masa depan tidak boleh ternodai oleh praktik asal-asalan atau kepentingan politik sesaat. MBG harus dikelola dengan visi kebangsaan, bukan sekadar angka di laporan kinerja.

Jika pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat bersinergi, maka MBG akan menjadi warisan besar, melahirkan generasi emas Indonesia 2045. Generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga sehat dan berkarakter. Dengan begitu, MBG bukan hanya sebuah program, melainkan napas baru bagi masa depan bangsa. (*).

 

Pamekasan, 01 Oktober 2025

| Penulis : Hamid El-Zafa, Ketua Tunas Indonesia Raya (Tidar) Pamekasan.

 

Penulis : Abdul Hamid

Editor : redaksi

Sumber Berita : opini

Berita Terkait

Digitalisasi dan Dekadensi: Hilangnya Kepekaan Terhadap Ulama
Jika pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat bersinergi, maka MBG akan menjadi warisan besar, melahirkan generasi emas Indonesia 2045. Generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga sehat dan berkarakter.

Berita Terkait

Kamis, 16 Oktober 2025 - 11:49 WIB

Digitalisasi dan Dekadensi: Hilangnya Kepekaan Terhadap Ulama

Rabu, 1 Oktober 2025 - 14:34 WIB

MBG Ruh Masa Depan Bangsa

Berita Terbaru