Pamekasan | Madurakita.com – Insiden ditemukannya ulat pada lauk ayam Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di TK Tunas Harapan, Desa Kertagena Laok, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, mengungkap persoalan yang lebih serius di balik pelaksanaannya.
Dapur Yayasan SPPG Nurul Haromain Pamekasan, yang menjadi penyedia MBG, diketahui beroperasi tanpa melibatkan tenaga ahli gizi sebagaimana diwajibkan Badan Gizi Nasional (BGN). Padahal, BGN telah menekankan pentingnya standar ketat dan disiplin tinggi dalam penyusunan menu serta pengolahan makanan bagi peserta didik.
Fakta tersebut mencuat setelah sejumlah sekolah terpaksa mengembalikan seluruh paket MBG karena kondisi makanan tidak layak konsumsi. Pada Kamis (11/12/2025), tercatat sekitar tiga hingga lima sekolah, mulai dari SDN Kertagena 1 hingga SDN Kertagena Tengah 4, menolak MBG lantaran berbau menyengat.
Situasi semakin memanas setelah beredarnya video lauk ayam berulat yang sempat dibagikan kepada siswa. Rekaman tersebut viral di media sosial dan memicu kekhawatiran luas di kalangan wali murid.
Pasca menjadi sorotan publik, mitra Yayasan SPPG Nurul Haromain akhirnya mengakui bahwa dapur penyedia MBG belum memiliki tenaga ahli gizi sebagaimana ketentuan kepala BGN. Pengakuan itu muncul setelah pihak sekolah mengembalikan makanan yang dinilai tak layak dan berpotensi membahayakan kesehatan siswa.
Saat dikonfirmasi, Mitra SPPG Nurul Haromain, Ahmad Madani Zakaria, menyatakan bahwa insiden tersebut terjadi akibat kelalaian dalam proses pengecekan bahan baku makanan.
“Kami akui ini kelalaian dan kesalahan. Proses sortir bahan tidak maksimal, dan memang kami belum memiliki ahli gizi serta masih dalam tahap proses,” ujar Ahmad Madani Zakaria seraya menyampaikan permohonan maaf.
Ia juga mengakui bahwa hingga kini penyusunan menu MBG belum melibatkan ahli gizi secara resmi, meskipun program tersebut menuntut jaminan mutu dan keamanan pangan bagi anak-anak sekolah.
Di sisi lain, wali murid mendesak adanya evaluasi menyeluruh terhadap penyedia MBG agar kejadian serupa tidak kembali terulang. Mereka menilai keamanan pangan siswa harus menjadi prioritas utama, bukan sekadar pemenuhan program.
“Hingga sekarang kami masih menunggu tindak lanjut resmi dari pihak SPPG maupun instansi terkait. Jangan sampai kejadian ini terulang,” ungkap salah satu wali murid. Sabtu (13/12/25).
Sementara itu, upaya konfirmasi kepada Koordinator Wilayah (Korwil) MBG Pamekasan, Hariyanto, terkait ketiadaan ahli gizi dalam pelaksanaan MBG di Yayasan SPPG Nurul Haromain telah dilakukan. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada jawaban.
Penulis : red
Editor : Redaksi
Sumber Berita : Madura kita
















